Selasa, 06 Agustus 2013

Masalah Hubungan Perawat


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
            Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang mengatur bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang melibatkan aturan atau prinsip menentukan yang benar, yaitu baik dan buruk atau kewajiban dan tanggung jawab contohnya dengan melakukan komunikasi. Ada hubungan komunikasi antara perawat dengan teman sejawat, perawat dengan klien dan hubungan komunikasi perawat dengan teman profesi lainnya.
Dasar hubungan perawat, dokter, dan pasien  merupakan mutual humanity  dan  pada hakekatnya hubungan yang saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan tindakan asuhan keperawatan.
Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada pasien, perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus memahami bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat seseorang (pasien) yang rentan untuk menyalahgunakan.
Dengan demikian  bagaimanapun hakekat hubungan tersebut adalah bersifat dinamis, dimana pada waktu tertentu hubungan tersebut dapat memperlihatkan karakteristik dari  salah satu atau semua pada jenis hubungan, dan perawat harus mengetahui bahwa pasien  yang berbeda  akan memperlihatkan reaksi- reaksi yang berbeda terhadap ancaman suatu penyakit yang telah dialami, dan dapat mengancam humanitas pasien.



1.2 RUMUSAN MASALAH

      1.            Masalah perawat dengan sejawat.
      2.            Masalah perawat dengan klien.
      3.            Masalah perawat dengan profesi kesehatan lainnya.


1.3 TUJUAN

      1.            Memahami masalah perawat dengan teman sejawat.
      2.            Memahami masalah perawat dengan klien.
      3.            Memahami masalah perawat dengan profesi kesehatan lainnya.











BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  MASALAH HUBUNGAN KERJA PERAWAT DENGAN SEJAWAT
            Dalam membina hubungan antarsesama perawat yang ada, baik dengan lulusan SPK maupun DIII Keperawatan (perjenjangan) diperlukan adanya sikap saling menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai perawat baru dapat mengadakan pendekatan yang baik dengan kepala ruangan, dan juga para perawat lainnya.
            Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat membina hubungan baik dengansesama perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai rasa saling menghargai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap saling curiga dan benci.

CONTOH KASUS:
1. Ada GAP atau jurang pemisah yang seolah menganga diantara mahasiswa S1 keperawatan dan mahasiswa D3. Terkadang, teman-teman D3 keperawatan merasa lebih pandai dalam hal praktek pelayanan keperawatan kepada pasien dibandingkan kami para S1 keperawatan. D3 berkata "Ah, S1 paling cuma bisa teori saja, praktek di lapangannya NOL BESAR!". Begitu pula sebaliknya, beberapa S1 Keperawatan yang merasa lebih senior dan lebih pintar dibanding teman-teman D3 Keperawatan. Mahasiswa S1 mengatakan "Ah, anak-anak D3, paling nanti cuma jadi perawat aja sok gitu, mendingan kita dong S1, lapangan kerja kita lebih luas, bisa jadi dosen, perawat atau tenaga kesehatan lain".
Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang akhirnya mengkotak-kotakkan kita pada strata yang seolah-olah berbeda, padahal kita berasal dari rahim yang sama, pendidikan keperawatan.

2. Masalah teman sejawat tidak hanya muncul di kalangan sesama praktikan mahasiswa keperawatan. Hal ini muncul antara perawat rumah sakit dengan para mahasiswa keperawatan yang praktek di tempat yang bersangkutan. Perawat vocasional (perawat pelaksana) di rumah sakit, terkadang memandang para S1 Keperawatan sebagai saingan mereka.
Jika profesi keperawatan ingin menjadi profesi yang besar, kita butuh orang-orang dengan pemikiran besar, yang mampu dan sanggup berjalan bersama, beriringan, saling menghargai sebagai sesama bidang keperawatan. Jika tidak, kita selamanya akan berkutat pada hal yang aklhirnya menjerumuskan kita pada kemunduran. Untuk itu, mari teman-teman, kita benahi diri kita, menghargai rekan kita walaupun berbeda latar belakang pendidikan, entah SPK, D3, S1 atau bahkan lebih tinggi lagi. Mari kita Pikirkan satu hal, bahwa kita berada dalam sebuah naungan yang sama yaitu "KEPERAWATAN". Sebuah profesi yang sudah selayaknya kita banggakan dan majukan, demi siapa? Demi profesi kita sendiri dan demi pasien sebagai fokus utama pelayanan keperawatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan layak.
Tunjukkan sikap memupuk rasa persaudaraan dengan cara:
ª Silih Asuh
Yaitu sesama perawat dapat saling membimbing, menasihati, menghormati, dan mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan sehingga terbina hubungan yang serasi.
ª Silih Asih
Yaitu dalam menjalankan tugasnya, setiap perawat dapat saling mrnhargai satu sama lain, saling menghargai antar anggota profesi, saling bertenggang rasa, serta bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan yang dapat menimbulkan sikap saling curiga dan benci.
ª Silih Asah
Yaitu perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan, dapat mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama perawat tanpa pamrih.


2.2 MASALAH HUBUNGAN PERAWAT DAN KLIEN
Pada beberapa situasi, perawat mempunyai masalah etis yang melibatkan klien, keluarga dan keduanya.
CONTOH KASUS:
1. Seorang perawat menangani wanita yang terluka dalam kecelakaan mobil. Suaminya yang mengalami kecelakaan juga dirawat di RS lain dan meninggal. Klien terus menerus bertanya tentan suaminya. Dokter memberitahu perawat agar tidak mengatakannya pada klien dan mengarang jawaban. Disini, posisi perawat tersebut mengalami konflik nilai. Haruskah perawat mengatakan secara jujur atau harus berbohong? Perawat harus berkata secara bijaksana bahwa kesehatan klien lebih penting untuk dipertahankan. Dasar hubungan antara perawat dan klien adalah hubungan saling menguntungkan (Mutual humanity).

2. Pada contoh kasus seorang pasien yang mengalami stroke sehingga mengakibatkan koma. Pasien tersebut dapat hidup dapat hidup hanya karena adanya bantuan alat. Pasien tersebut hidupnya hanya dapat bergantung pada alat kesehatan. Jika peralatan tersebut dilepas maka pasien tersebut akan meninggal dunia. Sedangkan ketika hal itu dijelaskan kepada keluarga pasien, keluarga pasien mengeluh tidak kuat membiayai pengobatan pasien tersebut. Sehingga dalam hal ini muncullah dilemma etik antara dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya.
Pertanyaan : Bagaimana penyelesaian masalah tersebut dan bagaimana peran perawat dalam hubungannya berkomunikasi dengan keluarga pasien?
Perawat mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan asuhan
keperawatan seoptimal mungkin dengan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual. Hubungan yag baik antara perawat dan klien akan terjadi bila:
a.      Terdapat rasa saling percaya antara perawat dan klien.
b.      Memahami hak klien dan harus melindungi hak tersebut.
c.       Perawat harus memahami keberadaan klien sehingga bersikap sabar dan tetap mempertahankan pertimbangan etis dan moral.
d.      Perawat harus dapat bertanggung jawab dan bertangung gugat atas segala resiko yang mungkin timbul selama klien dalam asuhan keperawatannya.
e.       Perawat selalu berusaha untuk menghindari konflik antara nilai pribadinya dengan nilai pribadi klien dengan cara membina hubungan baik.


2.3 MASALAH HUBUNGAN PERAWAT DENGAN PROFESI KESEHATAN LAIN
Konflik Etis dapat Muncul antara Perawat dan Dokter
            Hubungan perawat dan dokter telah terjalin seiring dengan perkembangan kedua profesi ini, tetapi tidak terlepas dari sejarah yaitu berkaitan dengan sifat displin ilmu/pendidikan, latar belakang, personal dan lain-lain. Bila dilihat daris sudut sejarah, bidang kedokteran telah dikembangkan lama sebelum bidang keperawatan.
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya, dalam memberikan asuhan holistik sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Dokter dan perawat merupakan mitra kerja dalam mencapai tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan klien. Saling percaya dan percaya diri merupakan hal utama peran perawat.
  • žPeran mandiri, peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh perawat secara mandiri. 
  •  Peran delegatif, peran dalam melaksanakan program kesehatan yang pertanggungjawabannya dipegang oleh dokter.
  •  Peran kolaborasi, merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara teamwork dengan tim kesehatan.

            Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien serta hubungan dengan dokter, dikenal beberapa peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat di pertanggung jawabkan oleh perawat secara mandiri, kemudian peran delegatif perawat dalam melaksanakan program kesehatan yang pertanggung jawabkannya dipegang oleh dokter.
            Misalnya dalam pemberian obat-obatan di delegasikan tugas dokter kepada perawat dan peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara team work dengan tim kesehatan lainnya.
Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua ilmu ini berfokus sama pada manusia, tapi keduanya mempunyai perbedaan. Kedokteran bersifat pathernalistic, yang mencerminkan figur seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan. Keperawatan bersifat mothernalistic, yang mencerminkan figur ibu dalam memberikan asuhan, kasih sayang dan bantuan.
Dalam pelaksanaannya, apabila setiap profesi telah dapat saling menghargai, menghormati, hubungan kerjasama akan dapat terjalin dengan baik walaupun dalam pelaksanaannya sering terjadi konflik etis.

Konflik Etis antara Perawat, Klien dan Dokter
            Dalam melaksanakan praktik keperawatan, tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama yang bersifat kolaborasi, baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan holistik sesuai wewenang tanggung jawabnya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan profesi lainnya. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, tenaga laboratorium, tenaga roentgen dan sebagainya.
            Dalam melaksanakan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk mempertahankan kode etik profesi masing-masing. Kelancaran masing-masing tergantung dari ketaatannya dalam menjalankan serta mempertahankan kode etik profesinya. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, hubungan kerjasama akan terjalin dengan baik, walaupun pada pelaksanaannya sering juga terjadi konflik etis antara perawat, klien dan dokter.

CONTOH KASUS: Dalam membina hubungan perawat dengan profesi lain yang terkait dalam menjalankan tugasnya .
Perawat Ranti, SKp adalah lulusan fakultas keperawatan yang bertugas diruang ICU disalah satu rumah sakit type B. Dalam menjalankan tugasnya Ranti sangat disiplin dan teliti terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pasien. Karena itu Ranti sangat dipercaya oleh dokter jaga yang bernama dr.Alex. Bila Ranti bertugas berbarengan waktunya dengan dr.Alex. Sering Ranti mendapatkan pesan bahwa dr.Alex tidak dapat hadir dan diberi petunjuk atau protocol tentang pasiennya bila terjadi perubahan dan Ranti diwajibkan melapor melalui telepon/handphonenya.
Dalam hal ini seharusnya Ranti dan dr.Alex mempunyai tanggung jawab terhadap pasien.walaupun Ranti dapat menjalankan tugasnya dengan baik,akan tetapi terjadi konflik pribadi(value pribadi)nya. Apakah Ranti perlu menjelaskan dengan dr.Alex bahwa tanggung jawab terhadap tugas mereka berbeda, dan tidak dapat dilimpahkan begitu saja dengannya tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan atau Ranti melaporkan kepada pihak rumah sakit bahwa dr.Alex sering tidak datang menjalankan tugasnya sebagai dokter jaga.
Hal ini perlu dipertimbangkan dengan matang agar hubungan kerja perawat dan dokter tersebut dapat tetap terjalin dengan baik dan dapat berperan sesuai profesinya masing-masing.




BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.
Dalam hubungan perawat dengan sejawat serta hubungan perawat dengan profesi lainnya tidak memandang title keperawatannya. Karena itu adalah sikap tidak menghargai sesama profesinya. Padahal fokus utama pelayanan kesehatan kita adalah memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk pasien.

.





3.2 DAFTAR PUSTAKA
Suhaemi, Mimin Emi. 2004. Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dalami, E. 2010. Etika Keperawatan Cetakan I. Jakarta: Trans Info Media.
Priharjo, R. 1995. Pengantar Etika Keperawatan Cetakan I. Yogyakarta: Kansius.